Dalam artikel sebelumnya - Lakukan Pekerjaan Rumah Investasi Saham Anda Untuk Memperoleh Keuntungan Yang Optimal – saya membahas tentang teknis pembelian saham suatu perusahaan dengan menggunakan informasi yang ada pada dailystockprice.net report yang diimbangi dengan melakukan pekerjaan rumah investasi saham Anda.
Saat ini banyak orang di Indonesia sudah sangat menyadari pentingnya memiliki asuransi untuk memproteksi pribadi, keluarga, sampai dengan barang-barang yang dimilikinya. Salah satu contoh adalah asuransi mobil. Jika mobil kita diasuransi, Anda & saya akan memiliki keamanan selama menggunakannya. Jika terjadi sesuatu, pasti akan sangat bermanfaat & kita pasti bersyukur telah memilikinya. Bila tidak terjadi sesuatu, kita juga pasti bersyukur karena telah mengalami hari-hari yang aman & berkat yang luar biasa. Asuransi & premi yang dibayar adalah bagian dari rencana keuangan yang kita tetapkan, yaitu strategi untuk tetap dalam kondisi yang menguntungkan.
Dalam buku “Guide To Investing”, Robert T Kiyosaki menuliskan berulang-ulang mengenai pentingnya memiliki asuransi dalam berinvestasi di bursa saham. Terjemahan saya adalah Anda & saya membutuhkan strategi keluar supaya hasil investasi saham yang kita lakukan dalam jangka panjang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, yaitu memiliki tingkat keuntungan yang optimal. Besarnya tergantung pada tujuan masing-masing.
Jika kita telah membeli saham perusahaan tertentu dengan strategi beli yang tepat, pertanyaan selanjutnya adalah,”Kapan menjualnya? Pada harga berapa? Jika saham yang saya beli tidak berjalan sesuai rencana, haruskah dijual secepatnya? Saya sudah untung banyak setelah membeli saham tertentu, haruskah saya menjualnya sekarang? Saya sudah rugi banyak … terus bagaimana?” … dan seterusnya.
Dalam buku-buku investasi mengenai saham, investor besar selalu mengetahui apa yang mereka putuskan dan lakukan. Bahkan semua diantara mereka mengatakan bahwa keuntungan investasi diperoleh pada saat Anda memutuskan untuk membeli saham, bukan pada saat menjual. Jika Anda adalah investor nilai seperti Warren Buffett, strateginya adalah memegang saham selama mungkin. Namun sebagai investor momentum harus ada aturan-aturan tambahan yang perlu diterapkan sebagai asuransi investasi saham Anda.
Dalam dailystockprice report, disamping kami menyajikan informasi daftar harga beli saham yang diupdate setiap hari, kami juga memberikan informasi mengenai daftar harga saham yang gagal bertahan pada titik harga belinya. Aturan yang saya gunakan adalah jika saham yang sudah dibeli harganya jatuh 7% - 8% dari harga belinya, berarti harga beli saham tersebut telah mengalami kegagalan. Aturan ini kami terapkan dengan sangat konsisten, tanpa memandang fundamental perusahaan yang dimaksud. Mengapa? Karena berdasarkan sejarah pergerakan saham yang terjadi, jarang sekali harga saham perusahaan tertentu jatuh harganya melewati angka tersebut jika sedang mengalami momentum yang tepat dan jika dibeli pada harga beli yang tepat. Namun dalam beberapa kasus, ada juga investor saham yang menerapkan aturan ini hingga 10%, hal ini sangat tergantung pada tingkat toleransi kerugian Anda.
Apakah ada kemungkinan saham yang mengalami kejatuhan harga 7%-8% sebenarnya memiliki support kuat, misalkan pada level maksimum 10% dibawah harga belinya? Bagaimana jika demikian?
Memang ada saja kemungkinan saham-saham yang gagal bertahan ini memiliki harga support terdekat - misalnya kurang dari 10% dari harga belinya – namun pertanyaannya apakah Anda memiliki toleransi resiko sampai sejauh itu? Bagaimana jika harganya terus turun? Dari apa yang kami pelajari, akan jauh lebih baik melakukan cut loss dan kemudian menunggu saham tersebut mengalami momentum kembali (1).\
Mengapa 7% - 8%?
Asumsi perhitungan yang saya gunakan adalah jika saham A harganya jatuh 8% dan saya mengalami kerugian, maka untuk menutup kerugian ini saya harus mencari saham B yang sedang memiliki momentum. Saham B tersebut setidaknya harus mendapatkan keuntungan 8.7% supaya modal saya kembali lagi. Strategi ini kemungkinan besar dapat terlaksana dengan baik, jika kita telah melakukan pekerjaan rumahnya. Kalau kita menunggu sampai 10%, berarti perlu 11.1% untuk menutup kerugiannya, yang mungkin masih menjadi toleransi Anda - tentu saja mungkin memiliki probabilitas lebih sedikit dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Namun jika ternyata saham yang kita harapkan tidak mengalami kenaikan dan harga sahamnya terus mengalami penurunan, misalkan kita asumsikan menunggu harga sahamnya jatuh hingga 20%. Berarti kita harus mencari saham perusahaan lain yang memiliki potensi keuntungan 25% untuk balik modal.
Bagaimana Jika harganya jatuh 50%? Berarti membutuhkan saham yang harus mengalami kenaikan 100%! Menurut pendapat saya, akan mengalami kesulitan untuk mencapainya – paling tidak butuh waktu dan harga emosionalnya juga besar.
Dalam berbagai buku investasi saham, tindakan ini dikenal namanya dengan strategi “berharap” - jika kita membeli saham kemudian harganya turun dan tetap bertahan, sambil “berharap” harga sahamnya akan naik. Yang dalam kebanyakan kasus sering kali harapan ini tidak pernah muncul dalam jangka waktu yang lama, malah harganya terus turun sampai kesabaran emosi kita habis, frustrasi, bingung dan pada ujungnya kita menyerah dan menjual saham tersebut dengan kerugian yang besar. Terutama jika kita berusaha bertahan pada saat kondisi market sedang berbalik arah, menuju posisi downtrend.
“Apakah setiap saham yang harga belinya jatuh 7%-8% harus saya jual?” Kalau menurut saya … ya. Akui kesalahan, belajar, evaluasi kembali … lakukan lagi dengan lebih baik.
Salah satu aturan dari investor besar adalah jangan pernah mengalami kerugian modal saat berinvestasi di pasar saham. Saat ini aturan tersebut sangat saya pegang, karena satu alasan umum … saya menghindari kerugian yang besar. Apakah berarti saya tidak pernah rugi? Pernah & sering kali melakukan kesalahan, namun strategi sederhananya adalah buat keuntungan yang lebih banyak dibandingkan kerugiannya sehingga nantinya menghasilkan keuntungan yang saya rencanakan.
Saya menyarankan Anda juga perlu memiliki strategi cut loss.
“Jika saya telah membeli saham dengan metode momentum dan harganya tidak pernah turun melebihi 8% dari titik belinya? Strategi apa yang perlu saya gunakan?”
Saya akan membahas pada artikel selanjutnya.